Laporan Wartawan Tribun Medan/ Adol Frian Rumaijuk; TRIBUN-MEDAN.com, MEDAN -
Terjadinya banjir musiman setiap kali hujan turun di Kota Medan,
Pemerintah Kota merencanakan melaksanakan revitalisasi sungai babura.
Direncanakan, pendataan akan dilaksanakan dalam tahun ini.
"Asal masyarakat mau, ini akan bisa kita laksanakan. Karena sebagian warga sudah mau," ujar Eldin. Ia sangat berharap, dukungan semua warga untuk turut dalam rencana pemerintah ini.
Rombongan Pemerintah Kota Medan melanjutkan peninjauan ke Kelurahan Kuala Bekala, Kecamatan Medan Johor. Lokasi ini, kebanjiran sejak Senin malam, hingga Selasa subuh sehingga warga tidak bisa melaksanakan solat subuh di musalah Muslimin di kawasan itu.
Di kawasan ini ada rumah yang rubuh dindingnya. Jumari, salah seorang warga yang rumahnya rubuh mengakui kawasan tersebut sudah kerap menjadi langganan banjir. "Ini sudah sering banjir. Tapi sejak 2011 ini paling besar," ujar Jumari.
Pelaksana Tugas Wali Kota Medan HT Dzulmi Eldin S MSi bersama jajaran meninjau kawasan banjir di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Banjir berlangsung sejak Senin malam (14/10) sekitar pukul 23.30 WIB.
Eldin tiba di lokasi banjir usai melaksanakan penyembelihan hewan qurban di Martubung, Medan Labuhan, Selasa (15/10). Bersama rombongan, Eldin langsung meninjau banjir. Warga sekitar ramai menyaksikan kehadiran pejabat di Pemerintah Kota Medan ini.
Eldin bersama Sekda Kota Medan Syaiful Bahri berencana akan menyusuri lokasi banjir. "Kita harus sama-sama, kalau tidak ada yang berkorban kita akan terus seperti ini," ujar Eldin kepada warga.
Ia mengajak seluruh warga harus turut dalam menjaga kondisi sungai. Bahkan, Eldin mengatakan akan melakukan normalisasi sungai pada anggaran tahun depan.
Sungai babura ini, kerap bajir saat terjadi hujan. Apalagi saat hujan turun di kawasan hulu yang berada di kawasan pegunungan. "Ini hujan sikit sudah banjir Pak, tapi ini paling besar," kata Sunarto warga sekitar.
(afr/tribun-medan.com) Penulis: Adol Frian Rumaijuk,Editor: Silfa Humairah,Sumber: Tribun Medan
Pendapat :
Plt Walikota Medan seharusnya memulai dengan penertiban bangunan di pinggir sungai Deli dan Babura, banyak developer besar memanfaatkan jalur hijau dipinggir sungai dengan bangunan beton, bahkan kesan mempersempit sungai.
Masih ingat dengan salah satu developer yang memotong jalur sungai di Kecamatan Medan Maimun? seperti dikatakan dalam sebuah media berita di web top kota, "Sebelumnya, proyek PT MIL yang menyengsarakan ribuan masyarakat Medan itu sampai-sampai ke Pengadilan Negeri Medan, atas gugatan warga dan ulama. Soalnya, selain menggusur warga dan membendung alur sungai, pihak PT MIL juga merubuhkan masjid bersejarah di sana." (http://topkota.net/view/2285/Ribuan-Rumah-Terendam-Akibat-Bendungan-PT-MIL---Luapan-Air-Sungai.html)
hasil data yang diperoleh bangunan yang berdiri di pinggir sungai Deli dan Babura adalah : bangunan Rumah Sakit Umum (RSU) Delima di Jalan Yos Sudarso km 13 Simpang Martubung Kelurahan Besar, Medan Labuhan, Agro Jaya Perdana (AJP) di Jalan Yos Sudarso km 16 Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan yang juga menggunakan DAS, perumahan mewah di polonia medan, Rumah Sakit Colombia, Akbid Senior yang berdiri di bantaran Sungai Babura kawasan Jamin Ginting Pasar I, pabrik-pabrik, bahkan kantor Walikota Medan sendiri memanfaatkan lahan hijau DAS Deli. wah....
intinya, tata ruang kota harus yang pertama di selesaikan, kemudian dilanjutkan dengan melakukan koordinasi lintas kabupaten/kota dalam hal kawasan resapan air dan hutan di kabupaten Deli Serdang dan Karo. Kemudian mengevaluasi ulang keberadaan Kanal yang tidak mampu menahan debit air dari hulu. Masalah Normalisasi bukan menjadi prioritas, bagaimana dilakukan normalisasi kalau badan sungai sudah menyempit dan alur sungai sudah dirubah peruntukkannya?
Penggusuran warga di bantaran sungai dengan alternatif pembangunan Rusunawa merupakan pembohongan dan pembodohan publik, selesaikan dahulu bangunan-bangunan yang memanfaatkan lahan hijau DAS, dan lakukan penegakan keadilan di bantaran DAS. Jangan jadikan masyarakat miskin di bantaran sungai umumnya menjadi objek popularitas pejabat. Masyarakat bantaran sungai selalu menjaga sungainya, sebab sampai saat ini mereka masih memanfaatkan sungai untuk mencuci, mandi, dan kakus. tentu saja mereka menjaga kebersihan sungainya, untuk kebutuhan hidupnya. Malah perumahan mewah dan rumah sakit membuang limbah dengan deras ke badan sungai, mereka mencemari sungai dengan aman dan tenang.
Sebaiknya pemimpin selalu berbicara dengan hati nurani dan akal yang sehat, jangan berkata dan berpikir berdasarkan 'tren'..., lagi tren rusunawa maka solusinya rusunawa..., masyarakat bantaran sungai lebih tahu dalam menangani banjir dengan benar, hanya saja masyarakat tersebut sangat tidak memiliki kekuasaan untuk menetapkan penanganan yang benar, sebab kepentingan seseorang atau kelompok lebih dominan dan menguasai keputusan dan kebijakan. birokrasi dan diplomat sudah matisuri dan tidak berfungsi dengan benar.
"Asal masyarakat mau, ini akan bisa kita laksanakan. Karena sebagian warga sudah mau," ujar Eldin. Ia sangat berharap, dukungan semua warga untuk turut dalam rencana pemerintah ini.
Rombongan Pemerintah Kota Medan melanjutkan peninjauan ke Kelurahan Kuala Bekala, Kecamatan Medan Johor. Lokasi ini, kebanjiran sejak Senin malam, hingga Selasa subuh sehingga warga tidak bisa melaksanakan solat subuh di musalah Muslimin di kawasan itu.
Di kawasan ini ada rumah yang rubuh dindingnya. Jumari, salah seorang warga yang rumahnya rubuh mengakui kawasan tersebut sudah kerap menjadi langganan banjir. "Ini sudah sering banjir. Tapi sejak 2011 ini paling besar," ujar Jumari.
Pelaksana Tugas Wali Kota Medan HT Dzulmi Eldin S MSi bersama jajaran meninjau kawasan banjir di Kelurahan Padang Bulan, Kecamatan Medan Baru. Banjir berlangsung sejak Senin malam (14/10) sekitar pukul 23.30 WIB.
Eldin tiba di lokasi banjir usai melaksanakan penyembelihan hewan qurban di Martubung, Medan Labuhan, Selasa (15/10). Bersama rombongan, Eldin langsung meninjau banjir. Warga sekitar ramai menyaksikan kehadiran pejabat di Pemerintah Kota Medan ini.
Eldin bersama Sekda Kota Medan Syaiful Bahri berencana akan menyusuri lokasi banjir. "Kita harus sama-sama, kalau tidak ada yang berkorban kita akan terus seperti ini," ujar Eldin kepada warga.
Ia mengajak seluruh warga harus turut dalam menjaga kondisi sungai. Bahkan, Eldin mengatakan akan melakukan normalisasi sungai pada anggaran tahun depan.
Sungai babura ini, kerap bajir saat terjadi hujan. Apalagi saat hujan turun di kawasan hulu yang berada di kawasan pegunungan. "Ini hujan sikit sudah banjir Pak, tapi ini paling besar," kata Sunarto warga sekitar.
(afr/tribun-medan.com) Penulis: Adol Frian Rumaijuk,Editor: Silfa Humairah,Sumber: Tribun Medan
Pendapat :
Plt Walikota Medan seharusnya memulai dengan penertiban bangunan di pinggir sungai Deli dan Babura, banyak developer besar memanfaatkan jalur hijau dipinggir sungai dengan bangunan beton, bahkan kesan mempersempit sungai.
Masih ingat dengan salah satu developer yang memotong jalur sungai di Kecamatan Medan Maimun? seperti dikatakan dalam sebuah media berita di web top kota, "Sebelumnya, proyek PT MIL yang menyengsarakan ribuan masyarakat Medan itu sampai-sampai ke Pengadilan Negeri Medan, atas gugatan warga dan ulama. Soalnya, selain menggusur warga dan membendung alur sungai, pihak PT MIL juga merubuhkan masjid bersejarah di sana." (http://topkota.net/view/2285/Ribuan-Rumah-Terendam-Akibat-Bendungan-PT-MIL---Luapan-Air-Sungai.html)
hasil data yang diperoleh bangunan yang berdiri di pinggir sungai Deli dan Babura adalah : bangunan Rumah Sakit Umum (RSU) Delima di Jalan Yos Sudarso km 13 Simpang Martubung Kelurahan Besar, Medan Labuhan, Agro Jaya Perdana (AJP) di Jalan Yos Sudarso km 16 Kelurahan Besar Kecamatan Medan Labuhan yang juga menggunakan DAS, perumahan mewah di polonia medan, Rumah Sakit Colombia, Akbid Senior yang berdiri di bantaran Sungai Babura kawasan Jamin Ginting Pasar I, pabrik-pabrik, bahkan kantor Walikota Medan sendiri memanfaatkan lahan hijau DAS Deli. wah....
intinya, tata ruang kota harus yang pertama di selesaikan, kemudian dilanjutkan dengan melakukan koordinasi lintas kabupaten/kota dalam hal kawasan resapan air dan hutan di kabupaten Deli Serdang dan Karo. Kemudian mengevaluasi ulang keberadaan Kanal yang tidak mampu menahan debit air dari hulu. Masalah Normalisasi bukan menjadi prioritas, bagaimana dilakukan normalisasi kalau badan sungai sudah menyempit dan alur sungai sudah dirubah peruntukkannya?
Penggusuran warga di bantaran sungai dengan alternatif pembangunan Rusunawa merupakan pembohongan dan pembodohan publik, selesaikan dahulu bangunan-bangunan yang memanfaatkan lahan hijau DAS, dan lakukan penegakan keadilan di bantaran DAS. Jangan jadikan masyarakat miskin di bantaran sungai umumnya menjadi objek popularitas pejabat. Masyarakat bantaran sungai selalu menjaga sungainya, sebab sampai saat ini mereka masih memanfaatkan sungai untuk mencuci, mandi, dan kakus. tentu saja mereka menjaga kebersihan sungainya, untuk kebutuhan hidupnya. Malah perumahan mewah dan rumah sakit membuang limbah dengan deras ke badan sungai, mereka mencemari sungai dengan aman dan tenang.
Sebaiknya pemimpin selalu berbicara dengan hati nurani dan akal yang sehat, jangan berkata dan berpikir berdasarkan 'tren'..., lagi tren rusunawa maka solusinya rusunawa..., masyarakat bantaran sungai lebih tahu dalam menangani banjir dengan benar, hanya saja masyarakat tersebut sangat tidak memiliki kekuasaan untuk menetapkan penanganan yang benar, sebab kepentingan seseorang atau kelompok lebih dominan dan menguasai keputusan dan kebijakan. birokrasi dan diplomat sudah matisuri dan tidak berfungsi dengan benar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar