Kamis, 17 Februari 2011

MENJADI BURUH DITANAH SENDIRI



Pada hari Kamis, 27/1/2011, sore hari, di desa Sikara-kara Kampung, Kecamatan Natal, kabupaten Mandailing Natal (Madina). Staff lapangan yayasan PEKAT berkunjung ke desa dan menemui kelompok ibu-ibu yang sedang bersantai disalah satu rumah warga, dan dialog ini berlangsung :

Syahrul       :   Bu, lusa kita buat pertemuan ya..? bisakan?

Ibu-Ibu       :   tidak bisa pak…, kami masih kerja di kebun PT…., nanti upah kami dipotong mereka…
Syahrul       :   baiklah kalau begitu, kita cari waktu yang tepat saja….
Ibu-Ibu       :   beginilah pak, nasib kami jadi buruh kebun, yang tadinya tanah itu kepunyaan kami.., tetapi     
                      kini sudah jadi milik perusahaan…. Itu..
Syahrul         : Waduh bu…., kenapa bisa seperti itu?
Ibu-Ibu         : Bapak ini, macam tak tau sajalah!….. tentu saja kami jual, buat modal dan keperluan rumah 
                      tangga kami…!
Syahrul         : Iya bu, bukan saya tidak tahu, tapi perlu kejelasan saja….
Ibu-Ibu         : Begini pak, dulu orang-orang sini yang bekerja di perusahaan datangi kami, katanya jual saja 
                      tanah kami ini, nggak usah payah-payah mengolah kebun lagi, karena bekerja di perusahaan 
                      ini lebih untung dan sudah pasti dapat duit setiap minggu…
Syahrul         : terus bu….
Ibu-Ibu         : Iya lah pak!..., siapa yang tidak tertarik..??? orang dibilangnya dapat duit setiap minggunya    
                      pak…
Syahrul         : iya betul bu, tetapi tidak terpikir oleh ibu dapat duit itu dengan cara apa??... mana mungkin 
                      dapat duit kalau tidak bekerja atau ibu menjual kelapa, semangka atau apalah namanya…..
Ibu-Ibu         : memang dibilang orang-orang itu, kami dikasih pekerjaan, kerjanya mendodos sawit 
                      (mengambil buah kelapa sawit dengan kayu panjang)… jadi itukan pekerjaan enak pak…. 
                      Memang tidak terpikir oleh kami mendodos sawit dalam sehari ratusan pohon…. Tak 
                      terbayang pak capeknya….
Syahrul         : Sudahlah bu, semua telah terjadikan…, jadi kapan kita bisa buat lanjutan pertemuan 
                      kelompok kita, nanti kita bahas kembali masalah ini dengan menemukan usaha yang tepat bagi 
                      kita semua…, bagaimana bu?
Ibu-Ibu         : bisalah pak!, bagaimana kalau hari minggu malam saja kita kumpul semua?
Syahrul         : baiklah bu, kalau saya ditanya, saya setuju saja…., jadi saya datang jam 15.00 Wib, dirumah 
                      ibu kan?
Ibu-Ibu         : iya pak, kami kumpul disini semua…. Oh ya pak, bapak bisa bilangkan juga dengan ibu 
                      kades, kalau pulang nanti bapak lewat rumahnya…, bisakan pak? Sampaikan rencana 
                      pertemuan kita ini, biar ibu kades juga datang…
Syahrul         : bisa bu, kalau begitu, saya permisi dulu bu… Assalammualaikum….
Ibu-Ibu         : Wa’alaikumsalam…..

Dalam perjalanan kembali ke rumah, terbayang oleh ku perasaan mengerikan terbayangkan di kepala ini, bagaimana tidak, kini warga desa umumnya sudah tidak memiliki tanah untuk berkebun atau bersawah. Tanah kebun dan sawah milik mereka kini telah terjual kepada perusahaan perkebunan kelapa sawit. Dan kini mereka menjadi pekerja di kebun tersebut.

Terbayang oleh ku kata-kata seniorku, yang mengatakan “jangan menjadi buruh ditanah sendiri”. Akhirnya kini aku melihat sendiri dan mendengar sendiri warga desa Sikara-kara Kampung mengalami apa yang dikatakan seniorku itu…, mereka kini menjadi buruh di tanah sendiri…


Natal, 29 Januari 2011, Syahrum Lubis, Yayasan PEKAT

Tidak ada komentar:

Posting Komentar