Minimnya informasi dan pengetahuan masyarakat terhadap fungsi dan manfaat dari hutan bakau, sungai, dan terumbu karang secara konservasi, mereka hanya mengetahui sebatas pengetahuan yang diberikan orang tua mereka terdahulu tentang fungsi dan manfaat hutan bakau, sungai, pesisir dan terumbu karang untuk ikan-ikan dan kebutuhan rumah tangga secara ekonomi. Walau demikian ada beberapa pengetahuan yang diberikan orang tua terdahulu yang masih bermanfaat bagi masyarakat sekarang, seperti pengambilan ikan yang tidak boleh melebihi kapasitas 5 ton keatas. Bila melebihi kapasitas tersebut maka nelayan akan menanggung akibat dari hukum alam, seperti angin kencang, ombak besar, dan lainnya. Sehingga tidak mengherankan kalau masyarakat sekitar pantai barat Mandailing Natal ini jarang memiliki kapal nelayan yang melebihi kapasitas 5 ton keatas. Umumnya kapal nelayan di sini hanya berkapasitas 3-5 ton. Dan pola melaut masyarakat disekitar pesisir ini, pergi pagi dan kembali petang hari. Sangat jarang ditemukan nelayan yang pergi berhari-hari kelaut, kecuali kapal-kapal nelayan dari Sibolga (Sumatera Utara) dan nelayan Air Bangis (Sumatera Barat), nelayan-nelayan ini sering singgah di pulau-pulau luar yang berdekatan dari desa untuk mengambil air tawar atau berhenti sejenak untuk beristirahat, sebelum melanjutnya perjalanan mereka.
Bersama masyarakat dan pemerintah desa serta kecamatan, Yayasan PEKAT merencanakan pembentukkan dan mendirikan “Rumah Belajar Nelayan” yang nanti kelak berkontribusi kepada nelayan yang juga berprofesi sebagai petani untuk mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan terhadap sumberdaya alam secara baik dan ramah lingkungan. Direncanakan rumah beajar tersebut merupakan sebuah institusi pendidikan eksternal yang mampu memberikan perubahan yang signifikan kepada masyarakat nelayan petani. Dengan motto “Mandiri tanpa Merusak” kelak di dalam rumah belajar akan dilaksanakan program-program kegiatan, antara lain : (1) kegiatan untuk anak-anak; berupa klub membaca dan mewarnai, aktivitas ini diperuntukkan anak-anak nelayan yang berusia 5-10 tahun, disamping meningkatkan minat membaca, juga dilakukan beberapa aktivitas pengenalan terhadap ekosistem laut disekitar mereka. (2) kegiatan ramaja dan pemuda usia 11-21 tahun; berupa kegiatan berdasarkan minat, dimana akan berdiri klub-klub minat, seperti klub pengamatan burung, klub pengamatan vegetasi, klub energy pembuatan briket kelapa dan lainnya, klub wisata alam, yang menjadikan mereka sebagai pemandu wisata yang memahami ekosistem dan konservasi, inti dari pendirian klub ini adalah untuk menumbuhkan kecintaan mereka terhadap sumberdaya alam di sekitar desa mereka. (3) kegiatan dewasa usia 22 tahun keatas; berdirinya demplot-demplot mini, seperti demplot pertanian semangka, pertanian cabe, dan ketrampilan-ketrampilan lainnya seperti pemanfaatan buah bakau menjadi penganan (serikaya, sirup, dodol, dan lainnya), ketrampilan merangkai kerang-kerangan menjadi souvenir, pengelolaan limbah plastic dan limbah rumah tangga, serta kegiatan yang mendorong terjadinya ekonomi alternative, sehingga mampu memberikan pemasukkan ekonomi bagi keluarga. (4) kegiatan komunikasi; diawal berdiri rumah belajar nelayan ini akan diupayakan berjalan sebuah media komunikasi dan informasi berupa media cetak, seperti koran komunitas sederhana, bisa diawali dengan berdiri Koran dinding desa yang merupakan tulisan-tulisan warga atau peserta rumah belajar nelayan, dan untuk tindak lanjut kedepan akan dilakukan pendirian sebuah stasiun radio komunitas yang akan menjangkau desa-desa tetangga lainnya. Namun perwujudan dari radio komunitas ini tidak langsung, tetapi melalui proses dan tahapan, pada tahap awal ini dimulai dengan memberikan pengetahuan dan kegiatan praktik dalam bentuk informasi di
Koran dinding atau Koran komunitas mereka. (5) Perpustakaan mini; didalam rumah belajar akan berdiri perpustakaan mini untuk seluruh warga, perpustakaan ini kelak meningkatkan minat baca masyarakat dan memberikan pengetahuan yang bermanfaat bagi masyarakat nelayan.
Keterlibatan paramitra dalam rumah belajar ini sangat mendukung, seperti memberikan pelatihan-pelatihan khusus yang berkaitan dengan program, dan mendukung keberadaan perpustakaan mini yang menjadi daya tarik tersendiri di masyarakat desa. Dan di dalam kegiatan rumah belajar tidak tertutup kemungkinan mengembangkang seni budaya daerah, terutama bagi anak-anak dan remaja, dalam seni tari dan seni music tradisional masyarakat pesisir Madina ini. Inilah mimpi bersama masyarakat dan pemerintah Kecamatan Muara Batang Gadis dan Natal di Mandailing Natal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar