Latar Belakang
Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, Propinsi Sumatera Utara adalah bagian terparah dari (daerah-daerah di sumatera akibat bencana banjir bandang pada 22 Desember 2006 yang lalu. Bencana ini juga menimpa Kabupaten Aceh Tamiang, Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Bencana banjir bandang ini menyebabkan Kabupaten Langkat berada dalam krisis yang amat dalam. Menurut perkiraan yang dilakukan oleh Satlak PBP Kabupaten Langkat sekitar 19 orang yang tewas dan 6 orang yang dinyatakan hilang dalam bencana ini. Bencana ini telah menyebakan pula sekitar 58.371 orang dan khusus untuk Kecamatan Besitang 9.696 orang kehilangan mata pencaharian terutama di sector pertanian, perkebunan, perternakan, perikanan dan pelayanan jasa. Seluruh korban dan kerusakan yang ada tersebar dalam 15 kecamatan di Kabupaten Langkat.
Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat adalah salah satu daerah yang cukup parah terkena dampak dari bencana ini. 2.542 unit bangunan sarana dan prasarana yang ditemui di daerah bencana berada dalam kondisi yang mengenaskan, hancur retak maupun rusak berat. Berdasarkan pengamatan terakhir yang dilakukan ke lapangan beberapa waktu yang lalu, di wilayah ini terdapat lebih kurang 6.342 jiwa pengungsi yang masih menempati lokasi penampungan sementara korban dan tersebar dalam beberapa tempat penampungan.
Tahap (fase) darurat untuk menyediakan bahan makanan dan tempat penampungan dapur umum sementara sedang dalam proses pelaksanaan. Pos dapur umum ini memiliki nilai tersendiri bagi warga dan korban bencana banjir bandang, pos ini berdiri seadanya atas prakarsa spontan warga yang selamat dengan korban banjir banding. Namun perlu kiranya dimulai upaya-upaya untuk memulai perencanaan untuk jangka menengah dan panjang dalam dalam upaya pemulihan kawasan ini. Salah satu aspek yang cukup penting dilakukan adalah bidang ekonomi, pendidikan dan kesehatan yang kiranya akan berhubungan langsung dengan kemampuan dan percepatan kawasan ini menuju ke pemulihan.
Tujuan dari analisis ini adalah memaparkan hasil telaah dari pengamatan singkat yang di lakukan di kabupaten ini untuk mengidentifikasi karakter perekonomian, pendidikan dan kesehatan terutama di daerah-daerah yang terkena memiliki dampak terparah dari bencana ini. Dari proses identifikasi dan analisa terhadap permasalahan yang ada, diharapkan sebuah pengertian yang mendalam terhadap kondisi perkembangan dan pertumbuhan desa serta langkah-langkah yang harus ditempuh untuk mengatasi permasalahan yang timbul.
Deskripsi Lokasi
Kabupaten Langkat, yang beribukota di Stabat, merupakan batas Timur dari kawasan TNGL. Wilayah Kabupaten Langkat terletak pada koordinat 3°14° - 4°13° LU dan 97°52° - 98°45° BT dengan batas-batas wilayah sebagai berikut:
· Sebelah Utara berbatasan dengan Prop. Nangro Aceh Darussalam
· Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Karo
· Sebelah Barat berbatasan dengan Prop. NAD dan Tanah Alas
· Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang dan Kota Binjai
Kabupaten Langkat memiliki luas wilayah 902.986 Ha dengan jumlah penduduk 944.752 jiwa yang terdiri dari : laki-laki 480.398 jiwa (50,85%), perempuan 464.354 jiwa (49,15%) yang tersebar meliputi 20 kecamatan dan 85 desa. Tujuh Kecamatan di antaranya, berbatasan langsung dengan kawasan TNGL, yaitu Kecamatan Bohorok, Salapian, Sei Bingei, Batang Serangan, Padang Tualang, Sei Lepan dan Besitang. Kerapatan penduduk Kabupaten Langkat adalah 1,58 jiwa/Ha. Etnis masyarakat di Kabupaten Langkat beragam, Sub etnis terbesar adalah Melayu, Jawa dan Batak. Kemudian Minang, Aceh, Kalimantan, Batak Mandailing dan lainnya. Mayoritas agama di kabupaten ini adalah Islam dan Kristen.
Topografi wilayah Kabupaten Langkat dapat dibedakan atas : pesisir pantai dengan ketinggian 0 – 4 meter dpl, dataran rendah dengan ketinggian 4 – 30 meter dpl dan dataran tinggi dengan ketinggian 30 – 1.200 meter dpl. Sebagian lahan datar dan lainnya berupa pegunungan dan perbukitan. Pemukiman sebagian besar terdapat di dataran rendah.
Wilayah Kabupaten Langkat beriklim tropis. Dengan perincian musim kemarau pada bulan Februari s/d Agustus dan musim kemarau pada bulan September s/d Januari. Curah hujan rata-rata adalah 3.268 mm/tahun dan suhu rata-rata sebesar 28°C.
Jenis dan struktur tanah di Kabupaten Langkat yaitu di daerah pantai terdiri dari tanah alluvial, dataran rendah terdiri dari tanah jenis glei humus rendah, hidromofil kelabu dan plarosal serta dataran tinggi dan perbukitan terdiri dari tanah podsolid merah kuning.
Kecamatan Besitang luas daerahnya 71.048 Ha atau 710,48 km², dengan letak diatas permukaan laut lebih kurang 1.000 mdpl, dan curah hujan rata-rata 180 mm. jarak Kecamatan Besitang dengan ibukota Kabupaten Langkat lebih kurang 61 Km. Kecamatan Besitang juga dilalui oleh sungai, seperti : Sungai Besitang (panjang 83 km, lebar 40 km, volume air 9 km³). Ibukota Kecamatan Besitang, terletak di Besitang, dan memiliki 8 desa, dan 3 kelurahan. Jumlah penduduk di kecamatan Besitang 59.840 jiwa, dengan tingkat kepadatan penduduk 84,22 Km².
Secara Topografis sebagian besar desa yang berada dalam administrasi kabupaten ini berada di daerah dataran rendah, dan bersinggungan langsung dengan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL) .
Kondisi Geografis dan Demografis
Berdasarkan data assesmen akhir, paska bencana yang dilakukan oleh tim Bisop Rilief Programme (BRP), terdapat 58.371 jiwa berada diseluruh wilayah kabupaten ini dengan perbandingan sebesar 51% laki-laki dan 49% perempuan, sebuah jumlah yang secara proporsi hampir sebanding.
Kecamatan Besitang merupakan daerah yang memiliki kepadatan penduduk yang relatif tinggi dibandingkan dengan daerah lainnya, sedangkan urutan selanjutnya berada di kecamatan Secanggang. Sebuah suatu kebetulan bahwa kedua wilayah ini merupakan daerah yang paling menderita akibat bencana banjir bandang, mengingat keduanya secara topografis berada di dataran rendah pantai timur Sumatera.
Tingkat pendidikan rata-rata penduduk di dua kecamatan ini setingkat SD sedangkan jumlah penduduk yang tamat setingkat Akademi maupun D-1 hanya berkisar 1% dari keseluruhan jumlah penduduk. Adapun konsentrasi penduduk yang berpendidikan ini (dari tingkat SD hingga Perguruan Tinggi) ini terdapat paling banyak di kecamatan Secanggang dan kecamatan Besitang. Hal ini disebabkan oleh konsentrasi sekolah yang relatif berada didalam dua kecamatan ini.
Saat ini 9 unit sekolah dari 6 unit SD, 3 unit SMP dan 1 unit SMA di Kecamatan Besitang rusak. Terutama hancurnya perlengkapan belajar mengajar, seperti meja, kursi, dan buku-buku paket kurikulum siswa yang terendam banjir dan lumpur.
Sejak tanggal 5 Januari 2007 yang lalu, pelajar secara bergotong royong melakukan aksi bersih sekolah dari sisa-sisa banjir, dan sekolah yang beruntung masih memungkinkan untuk melaksanakan proses belajar mengajar walaupun pelajar duduk di atas alas (tikar) seadanya. Hampir keseluruhan pelajar tidak lagi memiliki pakaian seragam sekolah yang bisa dikenakan dibandan mereka, termasuk juga perlengkapan belajar seperti tas, alat tulis, buku tulis, buku pelajaran, dan lainnya.
Kondisi Sosial-Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi paska bencana banjir bandang pada kedua kecamatan ini sangat memprihatinkan, rusaknya pertanian dan perkebunan rakyat yang selama ini merupakan tulang punggung perekonomian desa-desa di kecamatan ini.
Menurut hasil assesment Bisop Rilief Programme yang terakhir bahwa kerusakan lahan pertanian dan perkebunan di Besitang sangat dominan yang dapat dilihat dalam tabel dibawah ini
Kerusakan total pertanian dan perkebunan rakyat juga di ikuti dengan banyaknya ternak rakyat, seperti kambing, sapi, kerbau dan ayam yang jumlahnya mencapai nilai puluhan dan ratusan ekor yang mati. Tentu ini juga menjadikan ekonomi warga menjadi terhenti dan tidak produktif.
Kondisi Infrastruktur
Menggunakan data Assesment dilapangan maka diperoleh hasil rumah dan fasilitas umum yang rusak di Kecamatan Besitang, seperti di dalam tabel 1 dan 2 dibawah ini.
Tabel 1 : Data Kerusakan Fasilitas Umum
No | Desa | Fasilitas Umum/Rumah Ibadah | Jumlah Dusun Yang Terkena Bencana | Keterangan | ||
Mesjid | Gereja | Sekolah | ||||
1 | Kel. Pekan Besitang | 0 | 0 | 0 | 1 link dari 12 | 4 org meninggal = hanyut |
2 | Kel. Bukit Kubu | 0 | 0 | 1 SD | 7 link dari 10 | 2 org meninggal = 1 di RS, 1 di pengungsi, 150 los pekanan |
3 | Kel. Kampung Lama | 0 | 0 | 1 SD, 1 MTs + 1 SD | 5 link dari 6 | 1 org meninggal = hanyut |
4 | Perkebunan Iinti Rakyat | 0 | 0 | 0 | 1 link dari 4 | 1 org meninggal |
5 | Desa Sekoci | 2 | 4 | 2 SD | 3 link dari 6 | |
6 | Desa Bukit Mas | 3 | 3 | 2 SD, 1 TPA | 5 link dari 10 | |
Jumlah | 5 | 9 | 9 |
Sumber : Bisop Rilief Programme, 2007
Tabel 2 : Data kehilangan rumah (hilang/Rusak Berat) :
No | Desa/Dusun | Jumlah (unit) |
1 | Arasnapal Kanan | 67 |
2 | Kodam Bawah | 35 |
3 | Pantai Gadung | 2 |
4 | Sekoci | 10 |
Sumber : Bisop Rilief Programme, 2007
Menurut data dari Satlak PBP Kabupaten Langkat, bahwa rumah yang rusak berat 637 unit, rusak ringan 1.915 unit, jadi total keruskan rumah di Kabupaten Langkat keseluruhannya berjumlah 2.542 unit. Yang dimaksud dengan rusak ringan, yaitu berdasarkan pedoman dari Dinas Kimpraswil yang mengklasifikasikan tingkat kerusakan sebagai berikut : Rusak Total (76%-100%), Rusak Berat (51%-75%), dan Rusak Ringan (25%-50%).
Salah satu keuntungan yang dimiliki oleh Kabupaten Langkat adalah terpasangnya listrik di hampir seluruh desa yang ada di wilayah ini. Secara proporsional, Besitang adalah kecamatan dengan rasio pemasangan listrik terbaik dengan sisa desa masing-masing 2 dan 3 yang belum dialiri listrik,. Namun dilihat dari jumlah pelanggan, Besitang merupakan kecamatan dengan pelanggan listrik terbanyak di kabupaten ini.
Kondisi Sekolah
Fasilitas pendidikan seperti sekolah dan perlengkapan pendidikan lainnya rusak. Fasilitas kesehtan rusak. Air dan sanitasi tidak bisa digunakan lagi. Fasilitas pendidikan yang rusak dan terendam lumpur berjumlah 8 sekolah dasar, 1 MTs, dan Kantor Kepala Cabang Dinas Pendidikan Nasional. Sekolah yang rusak dan tidak dapat dipakai lagi terletak di Desa Pekan Besitang, Kampung Lama, Sekoci dan Bukit Mas, dan Bukit Kubu. Peralatan sekolah seperti furniture, buku, alat peraga tidak dapat digunakan lagi. Peralatan sekolah milik siswa sepert: buku tulis, alat tulis, buku pelajaran dan seragam sekolah juga mengalami kerusakan. SD 056647 yang terletak di desa Skoci hingga saat ini masih dijadikan tempat pengungsian.
Analisis Kondisi Perekonomian Setelah Bencana Banjir Bandang
Bencana banjir bandang yang baru lalu telah memporak-porandakan sendi kehidupan masyarakat di Kabupaten Langkat. Sebagai akibat dari bencana ini, di terdapat 6.342 jiwa berada dalam pengungsian dan tersebar dalam beberapa kamp pengungsian. Dari data terakhir yang dilakukan berdasarkan survey lapangan, terdapat 6.342 jiwa yang berada di tempat pengungsian.
Tabel 3. Data korban banjir s/d tanggal 26 Desember 2006
No. | Lokasi | Jumlah KK | Jumlah Korban | ||
KK | Jiwa | (%) KK | |||
1 | Kecamatan Stabat | 2.285 | 11.415 | ||
2 | Kecamatan Sei Lepan | 1.636 | 9.435 | ||
3 | Kecamatan Babalan | 1.952 | 6.639 | ||
4 | Kecamatan Besitang | 1.300 | 6.500 | ||
5 | Kecamatan Sawit Seberang | 1.025 | 5.425 | ||
6 | Kecamatan Padang Tualang | 871 | 4.241 | ||
7 | Kecamatan Sei Wampu | 791 | 3.955 | ||
8 | Kecamatan Pangkalan Susu | 308 | 1.324 | ||
9 | Kecamatan Batang Serangan | 262 | 805 | ||
10 | Kecamatan Hinai | 124 | 510 | ||
11 | Kecamatan Secanggang | 62 | 253 | ||
12 | Kecamatan Gebang | 30 | 96 | ||
Jumlah | 10.646 | 50.598 |
Sumber : Posko Induk Bencana Banjir Kabupaten Langkat di Besitang
Tabel 4. Daftar Nama Korban Banjir
No. | Nama | Jenis Kelamin | Umur | Alamat | Keterangan |
1 | Evindo | Laki-laki | 25 th | Ds. Sei Mati, Besitang | Meninggal |
2 | Rasmi | Perempuan | 65 th | Ds. Sei Mati, Besitang | Meninggal |
3 | Murni | Perempuan | 30 th | Ds. Sei Mati, Besitang | Meninggal |
4 | Manto | Laki-laki | 3 th | Ds. Sei Mati, Besitang | Meninggal |
5 | Ratna | Perempuan | 35 th | Ds. Bukit Mas, Besitang | Hilang (saudara karyawan Balai TNGL) |
6 | Sopyan H. | Laki-laki | 2 th | Lingk 6 Alur Luk, Besitang | Meninggal |
7 | Asandriani S. | Perempuan | 10 th | Kec. Hinai | Meninggal |
8 | Tono | Laki-laki | 8 th | Kec. Stabat | Meninggal |
9 | Cici Anjelina | Perempuan | 6,5 th | Ds. Bukit Mas, Besitang | Meninggal |
10 | Bayi | Ds. Bukit Mas, Besitang | Meninggal | ||
11 | Feni | Perempuan | 70 th | Kec. Besitang | Hilang |
12 | Suparto | Laki-laki | 2,5 th | Kec. Besitang | Hilang |
13 | Nasir | Laki-laki | Kec. Besitang | Hilang | |
14 | Yuli | Perempuan | Kec. Besitang | Hilang | |
15 | Sijum | Perempuan | Kec. Besitang | Hilang | |
16 | Ani | Perempuan | Kec. Besitang | Hilang | |
17 | Lilik | Perempuan | Kec. Besitang | Hilang | |
18 | Dede | Laki-laki | 12 th | Kec. Stabat | Hilang |
Sumber : Posko Induk Bencana Banjir Kabupaten Langkat di Besitang
Dalam perspektif kawasan kabupaten, jumlah pengungsi ini cukup kecil dibandingkan dengan jumlah seluruh populasi penduduk yang ada yakni lebih kurang 6,3 % dari total jiwa penduduk Kabupaten Langkat. Namun magnitude bencana ini membawa dampak negatif terhadap keseluruhan perekonomian kabupaten ini.
Hal ini disebabkan oleh peranan dua kecamatan yaitu Kecamatan Besitang dalam perekonomian keseluruhan kabupaten. Hal ironis yang terjadi dari bencana banjir bandang ini adalah sebagai daerah yang memiliki kontribusi terbesar dalam perekonomian kabupaten Langkat, Kecamatan Besitang adalah wilayah terparah terkena dampak banjir bandang.
Kabupaten Langkat, secara ekonomi memiliki ketergantungan yang cukup tinggi terhadap keberadaan kecamatan ini. Hal ini dapat terlihat dari komposisi pendapatan daerah yang banyak dikontribusikan oleh sumber daya yang relatif terkonsentrasi di kecamatan ini. Pertanian dan perkebunan yang merupakan tulang punggung perekonomian kabupaten ini memiliki luas lahan terluas di kecamatan ini yaitu kecamatan Besitang.
Industri walau dalam skala kecil memiliki sebaran konsentrasi di beberapa kecamatan. Konsentrasi industri terutama terletak di kecamatan Berandan, yang dapat dimengerti karena posisi daerah yang relative berada di jalan raya yang menghubungkan kabupaten Langkat dan kota Medan sebagai sentra perekonomian di wilayah Sumatera. Hal ini juga disebabkan oleh prasarana pendukung yang relative lebih baik dibandingkan dengan kecamatan lain dilihat dari prasarana listrik sebagai sumber daya penting dalam proses industri.
Pasca bencana banjir bandang ini memiliki dua implikasi penting bagi kabupaten ini. Implikasi pertama adalah tingkat inflasi atau kenaikan harga-harga barang terutama barang kebutuhan pokok yang diukur dengan index sembilan bahan kebutuhan pokok (sembako) yang meliputi bahan-bahan dasar seperti beras, ikan asin, telur dan lain sebagainya. Tingkat pertumbuhan inflasi lokal Kabupaten yang menurut perkiraan sebelum banjir bandang berikisar antara 2-3 % pertahunnya melonjak hingga mencapai 40% di masa-masa awal pasca banjir bandang.
Adapun dengan melihat dari proporsi jumlah penduduk dengan luas lahan serta jumlah industri, akanlah tampak bahwa kecamatan Besitang memiliki kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja. Magnitude dari bencana banjir bandang terhadap kecamatan ini, tidak saja hanya berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja di kecamatan ini saja, melainkan wilayah Langkat secara keseluruhan. Bencana banjir bandang ini telah menyebabkan Kabupaten ini terpuruk dalam penurunan proporsional angka pengangguran dari sekitar 10% menjadi sekitar 15,20 % dari seluruh angkatan kerja di kabupaten Langkat yang ironisnya adalah tenaga kerja yang terbilang cukup produktif berkontribusi terhadap pendapatan daerah.
Namun bukan berarti Kabupaten ini akan terus menerus terpuruk kedalam kondisi ekonomi yang mengenaskan. Satu hal yang menjadi catatan dari pengamatan terakhir di lapangan adalah cukup terkendalinya tingkat inflasi. Hal ini disebabkan oleh membaiknya sarana dan prasarana yang ada di kabupaten ini terutama di daerah-daerah yang terkena dampak banjir bandang terparah yaitu kecamatan Besitang. Jalan raya penghubung antara kabupaten ini dengan kota Medan sebagai pemasok utama barang-barang konsumsi. Hal ini juga dipengaruhi pula oleh kembalinya kegiatan produksi di kantong-kantong produksi yang diakibatkan banyaknya peran serta banyak pihak yang memberikan bantuan dari badan-badan kemanusiaan baik dalam maupun luar negeri.
Satu hal penting yang menjadi satu catatan dalam pengamatan singkat ini adalah peranan institusi dalam proses percepatan perbaikan tingkat inflasi di kabupaten. Institusi pemerintahan yang terpusat di kota Stabat relatif jauh dari Daerah Aliran Sungai yang merupakan pusat bencana. Walau berada dalam kondisi yang belum maksimal kehadiran peranan lembaga dalam hal ini lembaga kepemerintahan dapat diharapkan sebagai faktor yang yang akan banyak membantu.
Namun perbaikan tingkat inflasi belumlah dapat dijadikan sebagai suatu ukuran keberhasilan perbaikan ekonomi bagi seluruh wilayah Langkat. Implikasi lain akibat dari bencana banjir bandang ini adalah meningkatnya jumlah angka pengangguran. Upaya yang harus segera dilakukan adalah mengupayakan secepat mungkin mengembalikan tenaga kerja produktif ini untuk kembali segera bekerja terutama di daerah-daerah yang berkontribusi tinggi terhadap perekonomian Langkat seperti kecamatan Besitang. Upaya seperti revitalisasi pertanian dan perbaikan prasarana perkebunan atau perikanan adalah mendesak untuk segera dilakukan. Implikasi positif akan timbul dari upaya segera untuk merevitalisasi pertanian dan perikanan. Pertama adalah untuk memperbaiki ekonomi wilayah Langkat secara keseluruhan dalam jangka menengah kemudian kedua adalah untuk membangun sebuah sistem perekononomian yang dapat mencukupi sendiri kebutuhannya dalam jangka panjang dan mendukung perekonomian kembali ke arah ekuilbrium keseimbangan yang akan menguntungkan semua pihak didalam kabupaten Langkat.
Efrizal Adil Lubis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar