Rabu, 12 Januari 2011

PERBEDAAN GURU DESA DAN GURU DI KOTA

Ketika hujan turun setelah lama tidak pernah hujan, serasa bagaikan sebuah rahmat . bagi kami saat itu bergegas mencari tempat untuk berteduh, akhirnya kami berteduh diemperan sekolah dasar di desa Sugi Jae, sembari berteduh tanpa sadar kami memperhatikan aktivitas di dalam ruang kelas.

Terenyuh hati melihat begitu kuat dan semangatnya para guru di desa, tanpa pamrih kerap melakukan aktivitas yang membuat peningkatan pengetahuan para siswanya, walau dengan perlengkapan seadanya, bahkan memanfaatkan alam disekitar mereka.

Terkadang sangat prihatin melihat kondisi guru di desa, bagaimana tidak mereka tidak dibayar dengan layak, bahkan dibeberapa waktu lalu para guru dibayar dengan beberapa kaleng beras (perkaleng 16 Kg). dan guru mesti berjalan kaki 2-3 jam menempuh alam yang berbukit untuk sampai di tempat mengajar mereka. Namun demikian dedikasi dan komitmen guru desa tidak luntur seketika, semakin bersemangat dan tetap energik membimbing dan menuntut siswa untuk menjadi yang terbaik.

Begitu besar perjuangan dan harapan para guru desa untuk melakukan pengajaran kepada siswa mereka, seakan-akan menyatakan kepada siswanya untuk terus berjuang dan keluarlah dari kebodohan dan kemiskinan. Hal ini mengingatkan dengan sebuah film yang berjudul “laskar pelangi’ perjuangan guru dan siswanya untuk keluar dari kebodohan dan kemiskinan, benar-benar sebuah perbuatan terpuji dan begitu mulia.

Sangat kontras apabila dicermati dengan kondisi guru di kota yang dipenuhi fasilitas dan kemudahan. Kembali terlintas bagaimana guru di kota mengajar berdasarkan jadwal, dan minus dedikasi serta pengorbanan untuk siswanya, guru kota lebih condong materialistis dan structural. Guru di kota cenderung terikat dengan waktu dan pelit terhadap waktu luang untuk melakukan aktivitas pengembangan siswa. Walaupun tidak keseluruhan berkarakter seperti itu semua, namun umumnya guru di kota cenderung minim rasa pengorban yang benar-benar iklhas.

Bagaimana juga inilah potret dari pendidikan di Sumatera Utara, pemandangan kontras guru di desa dan di kota merupakan sebuah pelajaran bagi kita semua, dan kelak diperoleh sebuah kajian yang mampu menutupi kekurangan ini. Melalui Pride Campaign kesempatan ini akan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga mampu memberikan nilai positif bagi guru-guru di desa, sehingga menjadi lebih semangat dan bergairah mentransformasi pengetahuan kepada siswanya.

Batangtoru, 22 agustus 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar