Jumat, 13 Agustus 2010

Lokakarya Konsensus Pada Kelompok Di 4 Desa Kecamatan Marancar

Seperti yang diketahui, permasalahan utama masyarakat di desa target Kampanye Bangga  adalah masalah ekonomi dan rendahnya tingkat pengetahuan dalam pengelolaan lahan pertanian yang baik, sehingga hutan menjadi alternative bagi masyarakat desa untuk memenuhi kebutuhan. Oleh sebab itu perlu dilakukan peningkatan perekonomian masyarakat dan peningkatan pengetahuan masyarakat melalui suatu pembentukan kelompok masyarakat credit union sebagai pendukung bagi program Kampanye Bangga.
            Dalam kelompok tersebut tidak hanya dilakukan simpan pinjam kelompok saja, tetapi juga akan dilakukan kegiatan-kegiatan kelompok yang berbentuk suatu kegiatan belajar bersama yang dilakukan oleh anggota kelompok dengan cara menggali permasalahan yang ada di kelompok tersebut untuk kemudian dibahas bersama dalam kegiatan belajar bersama tersebut.
            Dalam Kampanye Bangga, masyarakat diharapkan bisa mempunyai rasa bangga terhadap desa mereka. Oleh sebab itu C.U adalah suatu solusi untuk mengatasi permasalahan masyarakat desa, sehingga dengan hal tersebut tujuan dari kampanye bangga dapat terwujud. Namun masyarakat belum mengetahui bagaimana C.U bisa berjalan, oleh sebab itu masyarakat perlu diberikan suatu pembekalan pengetahuan untuk menjalankan C.U tersebut. Selain itu juga perlu diadakan suatu kesepakatan kelompok tentang kegiatan belajar yang akan dibahas dalam kelompok C.U tersebut dalam 1 tahun kedepan, sehingga perlu diadakan lokakarya consensus yang dilakukan di masing-masing kelompok.
            Lokakarya consensus untuk kelompok di 4 desa (Sugi Jae, Sugi Julu, Janji Manaon, Aek Nabara) kecamatan Marancar Kab. Tapanuli Selatan berlangsung dari tanggal 14 november hingga tanggal 21 november 2009. Seharusnya target untuk pelaksanaan lokakarya kelompok tersebut adalah 7 malam, namun karena kendala-kendala yang dialami sehingga lokakarya tersebut berlangsung agak lebih lama dari target yang dijadwalkan (berakhir tanggal 24 November 2009). Kendala-kendala yang dimaksud adalah kendala cuaca, beberapa hari di lokasi kerja sering terjadi hujan deras dan berlangsung lama, sehingga langkah terhalang untuk melakukan kegiatan lokakarya di kelompok-kelompok tersebut, lain lagi permasalahan listrik yang padam. Permasalahan listrik yang padam adalah kendala yang paling utama, karena pertemuan untuk lokakarya kelompok di 4 desa dilakukan pada malam hari, sehingga apabila listrik padam, maka pertemuan kelompok untuk lokakarya tidak bisa dilaksanakan.
            Pertemuan lokakarya consensus yang dilakukan terhadap kelompok-kelompok di 4 desa tersebut dilakukan untuk menentukan arah tujuan dan program kerja pembentukan kelompok-kelompok tersebut. Tujuan kelompok yang dimaksud merupakan kegiatan-kegiatan untuk belajar mengatasi permasalahan masyarakat desa yang akan dilakukan oleh setiap kelompok di desa masing-masing dalam satu tahun kedepan.
            Lokakarya yang pertama dilakukan di desa Sugi Jae, dari beberapa masalah yang didapat dari desa ini, maka anggota kelompok sepakat untuk memilih pembuatan pupuk kompos adalah kegiatan prioritas 1 tahun ke depan. Pembuatan pupuk kompos adalah salah satu upaya kelompok untuk mengatasi masalah harga pupuk yang dianggap terlalu mahal dan rusaknya struktur tanah, dan menjadi salah satu permasalahan yang dianggap cukup penting dari beberapa permasalahan lain yang ada desa. Yang paling penting dari lokakarya yang dilakukan di desa Sugi Jae masyarakat sudah memahami tujuan terbentuknya kelompok di desa mereka.
            Setelah dari desa Sugi Jae, lokakarya dilakukan di desa Sugi Julu. Di desa ini pemahaman masyarakat tidak seperti di desa sebelumnya. Masyarakat di desa ini tidak bisa memunculkan inisiatif untuk mengatasi masalah yang ada di pedesaan mereka. Ada dua masalah dari beberapa masalaha pokok yang ada di desa mereka dan dianggap paling penting untuk segera diatasi. Permasalahannya adalah binatang liar yang sering merusak kebun mereka. Namun mereka lebih memilih untuk meminta senjata senapan angin kepada kami untuk mengatasi masalah tersebut, sungguh permintaan yang tidak mungkin kami jawab. Kemudian mereka mengatakan jalan ke kebun mereka rusak, sehingga perlu adanya perbaikan agar akses ke kebun lebih mudah dilalui. Mereka membuat suatu penyelesaian dengan cara gotong royong sesama anggota kelompok serta melibatkan setiap orang yang bukan anggota kelompok apabila orang tersebut memiliki kebun yang melalui jalan tersebut. Dan kegiatan tersebut juga sangat sulit kami terima karena tidak ada nilai konservatifnya. Kami coba alihkan ke masalah bibit dan pupuk, tetapi mereka tetap mengatakan dua hal di atas adalah masalah yang paling utama di desa mereka. Sungguh sangat sulit terasa pada saat itu, karena selain kurang pemahaman anggota kelompok, masukan atau pendapat dari anggota kelompok terkadang sangat sulit untuk terima.
            Setelah pertemuan malam pertama berlangsung dengan menciptakan pemahaman bersama terlebih dahulu, dan dihari kedua pertemuan lokakarya ini berjalan lebih mudah dan terarah. Mungkin ini hasil dari kerja keras kemarin malam yang memberikan masukan dan dukungan dari lembar fakta yang kami sebarkan terdahulu. Akhirnya desa Sugi Julu memiliki program kerja untuk melakukan mitigasi satwa (Macaca dan Babi Hutan) dengan program penanaman pohon buah, atau memagari kebun dengan tanaman bamboo. Dengan terlebih dahulu melakukan pembibitan tanaman buah dan bamboo untuk ditanam di batas hutan dan kebun.
            Setelah dari desa Sugi Julu, malam berikutnya kami berangkat ke desa Janji Manaon untuk melakukan lokakarya yang sama di desa tersebut. Ada beberapa anggota baru di desa ini yang masuk. Namun hujan deras membuat anggota yang hadir tidak banyak. Namun ada beberapa hal positif di desa ini, yaitu masuknya anggota baru, dan anggota tersebut salah satunya adalah seorang guru, dan beliau walaupun baru masuk ke anggota, namun Ia mampu untuk memahami maksud kami dan menyampaikan kepada anggota lain, sehingga pada saat itu di dapat tujuan kelompoknya, walaupun pada saat itu dalam kondisi mati lampu. Kelompok pada saat itu memilih untuk melakukan kegiatan membuat bibit (coklat) unggul di desa mereka. Karena mereka mengatakan bahwa tanah di desa tersebut sudah cukup subur, namun bibit yang kurang baik membuat hasilnya juga kurang baik, oleh sebab itulah mereka membuat inisiatif untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan pembibitan unggul sendiri di desa mereka.
            Berikutnya kami bergerak ke desa Aek Nabara, pertemuan di desa ini dilakukan di rumah bapak Somad Siregar, kepala desa terpilih di desa tersebut untuk periode 2009 s/d 2014. Kegiatan lokakarya sebenarnya berjalan sangat baik dan terarah. Namun pada saat pertengahan acara bapak Kades ikut serta dalam acara tersebut dan mempengaruhi kelompok. Pada awalnya kelompok focus untuk kegiatan pembibitan, pembuatan pupuk kompos dan pembasmian hama, karena masalah yang dianggap paling utama menurut anggota kelompok adalah ketiga hal tersebut. Namun masuknya Kades perhatian anggota kelompok langsung tertuju kepada pernyataan kades tersebut. Kades minta bibit unggul untuk langsung bisa ditanam di kebun-kebun. Selain itu ia juga mengatakan alat-alat pertanian perlu didatangkan agar membantu mengurangi beban berat masyarakat desa. Namun kami kembali mengatakan kepada mereka bahwa kami datang bukan untuk memberi bantuan langsung, melainkan untuk membentuk kelompok masyarakat yang mandiri yang mampu menyelesaikan masalah sendiri. Peran kami hanya untuk menjadi media untuk membantu peningkatan pemahaman mereka sehingga mampu keluar dari masalah tersebut. Akhirnya angota kelompok sepakat untuk kembali kepada kesepakatan yang pertama.

Oleh : Ahmad Affandi Nasution (Field Staff Yayasan Pekat)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar