Yayasan Pekat dan RARE membuat sebuah program diskusi melalui Radio, masyarakat petani secara berkala dalam setiap bulan melakukan pertemuan khusus. Mendengar siaran Radio, yang sebelumnya telah dilakukan wawancara khusus dengan salah seorang narasumber. Wawancara dengan Narasumber dilakukan oleh Tim Pongo (Pride Campaign) di ruang atau di lokasi kerja Narasumber, dengan tema yang sebelumnya sudah di sampaikan terlebih dahulu kepada calon narasumber, sesuai dengan hari yang telah disepakati, maka tim mengunjungi narasumber dan melakukan wawancara. Umumnya hasil wawancara membutuhkan waktu 20-30 menit, dan hasil wawancara ini akan di edit terlebih dahulu untuk memasukkan beberapa lagu permintaan masyarakat petani atau hasil wawancara tim terhadap masyarakat petani mengenai tanggapan mereka terhadap tema atau topic yang dibicarakan narasumber. Total masa siar membutuhkan waktu 90 menit, termasuk wawancara dengan narasumber, masyarakat petani dan selingan lagu-lagu.
Disamping itu juga, Tim Pongo juga menyebarkan kupon Pendapat/Kesan pendengar. Kupon ini dibuat untuk menjaring aspirasi masyarakat petani yang mendengar di desa target maupun desa lainnya. Penyebaran kupon dilakukan oleh anggota kelompok CU atau melalui jasa sukarela pemilik kedai kopi di desa. Kupon ini gratis, dan selesai di isi dapat dikembalikan kepada penjaga kedai kopi atau langsung ke ketua-ketua kelompok di desa, kupon-kupon yang telah diisi akan diserahkan kepada Tim Pongo untuk dibacakan dan di siarkan dalam acara Radio selanjutnya.
Pekerjaan ini kelihatan sangat sederhana, tetapi sesungguhnya membutuhkan energy yang tinggi. Bayangkan Tim Pongo mendatangi Narasumber sesuai dengan hari dan waktu yang telah disepakati, tetapi hasilnya bisa molor, atau di tunda beberapa hari kemudian. Waktu dan ketepatan jadwal siar sangat ketat, karena materi atau tema satu sama lain saling berkaitan, bila Tim gagal melakukan wawancara dengan narasumber dengan tema yang sesuai dengan jadwal maka bisa dibayangkan bakal mengganggu jadwal diskusi dengan kelompok dan masyarakat petani di desa. Untuk mengantisipasi persoalan ini terpaksa Tim melakukan pemberitahuan segera ke kelompok untuk merubah tema selanjutnya, dan bergegas mengontak narasumber lainnya. Dengan catatan narasumber yang tertunda tersebut akan dilanjutkan pada minggu depannya.
Kupon pesan atau pendapat yang disebar merupakan alat komunikasi alternative, umumnya desa-desa sekitar program tidak memiliki jaringan telekomunikasi, dan masyarakat petani sangat sedikit dan terbatas memiliki alat komunikasi seperti telepon dan HP. Kupon mampu mejawab kebutuhan komunikasi ini, dan Tim mampu mengumpulkan aspirasi masyarakat petani dan kelompok terhadap permasalahan konservasi, pertanian, perkebunan dan Credit Union. Dan Alhamdullilah pihak manajemen Radio siara Swasta FM Burhanuddin sangat kooperatif terhadap program ini, bahkan meluangkan waktu siar untuk Tim. Pihak manajemen Radio setiap minggu menerima kepingan VCD yang telah diisi oleh Tim dan Jaringan Radio Komunitas Sumatera Utara (Jarkomsu) yang menyediakan alat dan perangkat lunak untuk merekam atau mengedit hasil wawancara. Beginilah bekerja untuk sebuah Radio, Tim setiap minggu disibukkan dengan menyusun lembar pertanyaan untuk narasumber, pertanyaan ini benar-benar harus bisa menjawab seluruh pertanyaan dari masyarakat petani melalui Kupon Gratis yang disebar. Kekhawatiran Tim adalah susunan pertanyaan bisa-bisa tidak menjawab atau memuaskan kepentingan atau kebutuhan informasi masyarakat petani dan kelompok yang mendengar acara program ini.
Mendengar acara radio ini dilakukan 2 kali dalam sebulan, dan dilaksanakan disetiap kelompok secara parallel, kebutuhan personil sebagai mediator dalam diskusi di Yayasan Pekat terbatas, hanya 2 orang, maka beberapa kelompok digabung, seperti kelompok di Desa Janji Manaon dan Aek Nabara di gabungkan menjadi bersama, dengan lokasi diskusi dirotasi sesuai jadwal diskusi. Begitu juga desa Sugi Jae dan Sugi Julu digabung menjadi satu dan dengan lokasi bergiliran di dua desa tersebut sesuai dengan kesepakatan anggota kelompok. Kehadiran anggota kelompok sangat memuaskan 70-80% anggota hadir, bahkan dalam minggu-minggu diakhir ini hadir juga beberapa masyarakat petani yang bukan anggota sebagai peserta diskusi. Dan waktu siar juga disesuaikan dengan waktu aktivitas masyarakat petani di desa, yaitu jam 20⁰⁰ - 21 ⁰⁰ WIB, dan pertemuan ini diselingi dengan suguhan kopi atau teh hangat dan penganan goreng yang disediakan pemilik rumah tempat lokasi diskusi terselenggara.
Hal lain yang menjadi kendala dilapangan, adalah ketertarikan masyarakat petani di desa terhadap radio saat ini menurun, disebabkan tayangan film sinetron yang disiarkan banyak televisi swasta. Sehingga masyarakat petani yang haus akan hiburan terbius oleh suguhan film-film dari televisi. Akhirnya pesawat radio di rumah warga banyak tidak difungsikan sebagaimana mestinya, terkadang sampai rusak, mereka tidak berminat lagi untuk memperbaikinya. Apa lagi kedai kopi yang seluruhnya menyediakan fasilitas nonton TV tersebut juga memutar film-film dari VCD yang menarik para petani untuk duduk dan menonton serta memesan secangkir kopi panas.
Tim Pongo dan anggota kelompok, mensiasati hal ini dengan melakukan sosialiasi terlebih dahulu kepada masyarakat petani bahwa tanggal, hari dan waktu tertentu akan disiarkan tentang pengetahuan perkebunan, pertanian dan lainnya. Kemudian mengajak masyarakat petani untuk datang dan menghadiri diskusi tersebut. Alhamdullilah, metode ini praktis dan sedikit demi sedikit mulai menarik minat masyarakat petani lainnya yang belum bergabung dalam kelompok untuk hadir mendengarkan siara yang diputar, kemudian kehadiran Kupon juga menarik minat masyarakat petani, awalnya mereka bertanya ini kupon untuk apa? Setelah mengetahui fungsi kupon tersebut, mereka tertarik untuk mendengar radio, pertanyaan di benak mereka ‘ada apa siaran tersebut?’ akhirnya mereka memberikan pesan dan pendapat mereka, dan mau menghadiri diskusi kelompok.
Poken Arba, 1 Maret 2010; Efrizal Adil Lubis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar